Muqaddimah Dalailul Khairat Keutamaan Bershalawat Pada Nabi ﷺ
2/02/2021
Muqaddimah Dalailul Khairat Keutamaan Bershalawat Pada Nabi ﷺ
Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli (w. 872 H) merupakan penyusun dari wirid Dalailul Khairat. Beliau merupakan ulama berkebangsaan Maroko, wirid Dalailul Khairat disusun olehnya saat masa pengembaraan ilmunya di Kota Fez.
Beliau pernah mengasingkan diri untuk ibadah (Khalwat) selama 14 tahun, setelah itu ia fokus mendidik para murid-muridnya.
Banyak sekali orang yang bertaubat di tangannya, hingga beliau dikenal sebagai ulama yang masyhur akan karama-karamahnya. Beliau juga memiliki banyak pengikut yang tersebar di berbagai penjuru Maroko.
Buku ini membahas ihwal shalawat kepada Nabi ﷺ sekaligus ragam keutamaannya. Namun, kami tidak menyajikan sanad riwayatnya dengan harapan lebih memudahkan pembaca menghafalnya.
Pembahasan ini menjadi bagian terpenting bagi siapa pun yang hendak mendekatkan diri kepada Allah. Tuhan para tuhan. Penulis menamai buku ini dengan Dalā’il-ul-Khairāti wa Syawāriq-ul-Anwār fī Dzikr-ish-Shalāti ‘alan-Nabiyy-il-Mukhtar dengan mengharap ridha Allah s.w.t., cinta dan salam kepada Rasūl-Nya yang mulia. Muḥammad ﷺ
Allah-lah yang bertanggung-jawab menjadikan kami sebagai pengikut sunnahnya dan menjadikan kami sebagai pecinta diri mulianya. Sesungguhnya, Allah Maha Kuasa atas semuanya. Tiada tuhan selain Dia. Tiada kebaikan selain kebaikan-Nya. Dialah pelindung dan penolong terbaik. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
بِسْـــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِلْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ عَلَى مُحَمَّدٍ نَبِيِّهِ الَّذِي اسْتَنْقَذْتَنَا بِهِ مِنْ عِبَادَةِ الْأَوْثَانِ وَالْأَصْنَامِ. وَعَلَى آلِهِ النُّجَبَاءِ الْبَرَرَةِ الْكِرَامِ
Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat dan salam kepada tuan kami Muḥammad dan juga keluarga dan para sahabatnya. Segala puji hanya milik Allah yang telah memberi kami petunjuk ke jalan iman dan Islam. Curahan shalawat semoga dilimpahkan kepada Muḥammad Nabi-Nya, yang dengannya Engkau menyelamatkan kami dari menyembah patung dan berhala. Curahan shalawat juga semoga dilimpahkan kepada keluarganya yang terpandang, baik, dan mulia.
Keutamaan shalawat itu sendiri, Allah swt. berfirman:
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salām penghormatan kepadanya.”.
Diriwayatkan, pada suatu hari Nabi ﷺ datang dengan kebahagiaan terpancar di wajahnya. Beliau lantas bersabda:
إِنَّهُ جَاءَنِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَقَالَ أَمَا تَرْضَى أَنْ لَا يُصَلِّيْ عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلَّا صَلَّيْتَ عَلَيْهِ عَشْرًا وَلَا يُسَلِّمُ عَلَيْكَ إِلَّا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا.
“Aku ditemui Malaikat Jibrīl a.s. dan ditanya: “Tidakkah engkau rela, Muḥammad, jika ada seorang umatmu bershalawat kepadamu maka aku bershalawat sepuluh kali untuknya. Tidak ada seorang umatmu yang menyampaikan salam kepadamu kecuali aku akan menyampaikan salam sepuluh kali untuknya”.”
Dalam hadits lain, beliau bersabda:
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِيْ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً.
“Sesungguhnya, manusia paling mulia di sisiku adalah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.”
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ مَا دَامَ يُصَلِّيْ عَلَيَّ فَلْيُقْلِلْ عِنْدَ ذلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ.
“Siapa yang bershalawat kepadaku maka para malaikat akan bershalawat kepadanya selama ia bershalawat. Ketika itu, sedikitkanlah atau perbanyaklah membacanya.”
بِحَسْبِ الْمَرْءِ مِنَ الْبُخْلِ أَنْ أَذْكُرَ عِنْدَهُ وَلَا يُصَلِّيْ عَلَيَّ.
“Termasuk orang yang pelit adalah bila namaku disebut, ia tak mau mengucap shalawat kepadaku.”
أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ.
“Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jum‘at.”
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِنْ أُمَّتِيْ كُتِبَتْ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ.
“Siapa umatku yang bershalawat kepadaku maka dicatat baginya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh keburukan.”
مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ الْأَذَانَ وَالْإِقَامَةَ: اللهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةُ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Siapa yang pada saat mendengar adzan dan iqamat membaca doa:
“Ya Allah, Dzāt Pemilik seruan sempurna dan shalat yang ditegakkan, berikanlah Muḥammad wasilah dan keutamaan, serta anugerahilah kedudukan mulia yang telah Engkau janjikan.” Maka ia berhak atas syafaatku pada hari Kiamat.”
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِيْ كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّيْ عَلَيْهِ مَا دَامَ اسْمِيْ فِيْ ذلِكَ الْكِتَابِ.
“Siapa yang bershalawat kepadaku dengan menuliskannya di buku maka para malaikat akan terus-menerus bershalawat selama namaku tertulis di buku tersebut.”
Abū Sulaimān ad-Dāranī pernah menyatakan bahwa siapa yang hendak memohon suatu hajat kepada Allah maka perbanyaklah shalawat kepada Nabi ﷺ Kemudian, sampaikan hajatnya kepada Allah dan akhiri lagi dengan shalawat. Sesungguhnya Allah akan mengabulkan permintaan antara dua shalawat, dan itu lebih utama daripada ia meninggalkan di antara keduanya.
Nabi ﷺ juga bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِائَةَ مَرَّةٍ غُفِرَتْ لَهُ خَطِيْئَةُ ثَمَانِيْنَ سَنَةً.
“Siapa yang bershalawat kepadaku pada hari Jum‘at sebanyak seratus kali maka kesalahannya selama delapan puluh tahun akan diampuni.”
Abū Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ menuturkan:
لِلْمُصَلِّيْ عَلَيَّ نُوْرٌ عَلَى الصِّرَاطِ وَمَنْ كَانَ عَلَى الصِّرَاطِ مِنْ أَهْلِ النُّوْرِ لَمْ يَكُنْ مِنْ أَهْلِ النَّارِ.
“Orang yang bershalawat kepadaku akan memiliki cahaya di atas ash-Shirāth. Sedangkan siapa pun yang memiliki cahaya saat di atas ash-Shirāth maka artinya ia bukan penghuni neraka.”
مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ فَقَدْ أَخْطَأَ طَرِيْقَ الْجَنَّةِ.
“Orang yang lupa bershalawat kepadaku sejatinya dia salah menempah jalan surga.”
Yang dimaksud lupa dari orang tersebut adalah meninggalkan shalawat. Sebab, jika yang dimaksud meninggalkan adalah salah jalan maka yang bershalawat kepadanya sesungguhnya sedang menempuh jalan surga.
Dalam riwayat ‘Abd-ur-Raḥmān ibn ‘Awf, Rasūlullāh ﷺ mengisahkan:
جَاءَنِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ لَا يُصَلِّيْ عَلَيْكَ أَحَدٌ إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ وَمَنْ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ.
“Jibrīl menemuiku dan berkata: “Wahai Muḥammad, tidaklah seseorang bershalawat kepadamu, kecuali tujuh puluh ribu malaikat bershalawat kepadanya. Sementara orang yang dishalawat oleh para malaikat adalah ahli surga.”
أَكْثَرُكُمْ عَلَيَّ صَلَاةً أَكْثَرُكُمْ أَزْوَاجًا فِي الْجَنَّةِ.
“Orang yang paling banyak bershalawat kepadaku adalah yang paling banyak pasangannya di surga.”
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً تَعْظِيْمًا لِحَقِّيْ خَلَقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ ذلِكَ الْقَوْلِ مَلَكًا لَهُ جَنَاحٌ بِالْمَشْرِقِ وَالْأَخَرُ بِالْمَغْرِبِ وَرِجْلَهُ مَقْرُوْرَتَانِ فِي الْأَرْضِ السَّابِعَةِ السُّفْلَى وَعُنُقَهُ مُلْتَوِيَةٌ تَحْتَ الْعَرْشِ يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ صَلِّ عَلَى عَبْدِيْ كَمَا صَلَّى عَلَى نَبِيِّ فَهُوَ يُصَلِّيْ عَلَيْهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
“Siapa yang bershalawat kepadaku karena mengagungkan hakku maka dari setiap ucapnya Allah akan jadikan malaikat yang bersayap, yang satu sayapnya di timur yang satu di barat.
Sementara kedua kakinya terbenam di bumi ketujuh paling bawah dan lehernya menggeliat di bawah ‘Arasy. Allah berfirman kepadanya: “Bershalawatlah kepada hamba-Ku sebagaimana dia bershalawat kepada nabi-Ku.” Dan dia bershalawat kepada hamba tersebut sampai hari Kiamat.”
لَيُرَدَنَّ عَلَى الْحَوْضِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَقْوَامٌ مَا أَعْرِفُهُمْ إِلَّا بِكَثْرَةِ الصَّلَاةِ عَلَيَّ.
“Pada hari Kiamat, kaum-kaum yang tidak kukenal akan ditolak ke telaga kecuali yang banyak bershalawat kepadaku.”
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً وَاحَدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِائَةَ مَرَّةٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ أَلْفَ مَرَّةٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ أَلْفَ مَرَّةٍ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النَّارِ وَثَبَّتَهُ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ عَنِ الْمَسْأَلَةِ وَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ وَجَاءَتْ صَلَوَاتُهُ عَلَيَّ نُوْرًا لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى الصِّرَاطِ مَسِيْرَةَ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ وَأَعْطَاهُ بِكُلِّ صَلَاةٍ صَلَّاهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ قَلَّ أَوْ كَثُرَ.
“Siapa yang bershalawat satu kali kepadaku maka Allah akan bershalawat sepuluh kali kepadanya. Siapa yang bershalawat sepuluh kali kepadaku sebanyak seratus kali. Siapa saja yang bershalawat kepadaku sebanyak seratus kali maka Allah akan bershalawat kepadanya seribu kali.
Siapa yang bershalawat kepadaku sebanyak seribu kali maka Allah akan mengharamkan tubuhnya jilatan api neraka. Allah juga akan mengokohkannya dengan perkataan yang tetap dalam kehidupan dunia dan akhirat saat dimintai pertanggunjawaban, lalu memasukkannya ke dalam surga.
Shalawat-shalawat yang pernah dibacakannya untukku akan datang dalam wujud cahaya baginya pada hari Kiamat, tepatnya sewaktu menyeberangi ash-Shirāth selama perjalanan lima ratus tahun. Dan setiap shalawat yang dibacakannya Allah jadikan istana di surga, baik sedikit maupun banyak.”
مَا مِنْ عَبْدٍ صَلَّى عَلَيَّ إلَّا خَرَجَتِ الصَّلَاةُ مَسْرِعَةً مِنْ فِيْهِ فَلَا يَبْقَى بَرٌّ وَلَا بَحْرٌ وَلَا شَرْقٌ وَلَا غَرْبٌ إِلَّا وَتَمُرُّ بِهِ وَتَقُوْلُ أَنَا صَلَاةُ فُلَانٍ بْن فُلَانٍ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ خَيْرِ خَلْقِ اللهِ فَلَا يَبْقَى شَيْءٌ إِلَّا وَصَلَّى عَلَيْهِ وَيَخْلُقُ مِنْ تِلْكَ الصَّلَاةِ طَائِرٌ لَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ جَنَاحٍ فِيْ كُلِّ جَنَاحٍ سَبْعُوْنَ أَلْفَ رَيْشَةٍ فِيْ كُلِّ رَيْشَةٍ سَبْعُوْنَ وَجْهٍ فِيْ كُلِّ وَجْهٍ سَبْعُوْنَ أَلْفَ فَمٍ فِيْ كُلِّ فَمٍ سَبْعُوْنَ أَلْفَ لِسَانٍ كُلُّ لِسَانٍ يُسَبِّحُ اللهَ تَعَالَى بِسَبْعِيْنَ أَلْفَ لُغَةٍ وَيَكْتُبُ اللهُ لَهُ ثَوَابَ ذلِكَ كُلِّهِ.
“Tidaklah seorang hamba membaca shalawat kepadaku kecuali shalawat itu keluar dengan cepat dari mulutnya. Tak ada daratan, lautan, timur atau pun barat, kecuali ditemui shalawatnya itu, seraya berkata:
“Aku adalah shalawat si fulan ibn fulan yang bershalawat kepada Muḥammad terpilih dan makhluq terbaik.” Tidak ada sesuatu kecuali sesuatu itu bershalawat kepadanya. Setiap shalawat dijadikan burung baginya yang memiliki tujuh puluh ribu sayap.
Setiap sayap memiliki tujuh puluh ribu bulu. Setiap bulu memiliki tujuh puluh ribu wajah. Setiap wajah memiliki tujuh puluh ribu mulut, Setiap mulut memiliki tujuh puluh ribu lidah. Setiap lidahnya bertasbih kepada Allah dengan tujuh puluh ribu bahasa. Dan Allah mencatat semua pahalanya bagi hamba tersebut.”
‘Alī ibn Abī Thālib pernah menuturkan bahwa Rasūlullāh ﷺ bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِائَةَ مَرَّةٍ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَعَهُ نُوْرٌ لَوْ قُسِمَ ذلِكَ النُّوْرُ بَيْنَ الْخَلْقِ كُلِّهِمْ لَوَسِعَهُمْ.
“Siapa yang pada hari Jum‘at bershalawat kepadaku sebanyak seratus kali maka pada hari Kiamat dia akan datang bersama cahaya. Seandainya cahaya itu dibagikan ke seluruh makhluq, niscaya seluruhnya akan tercukupi.”