Fadhilah Bershalawat Pada Nabi ﷺ Semua Hajat Terkbul Dunia Akhirat
2/01/2021
Fadhilah Bershalawat Pada Nabi ﷺ Semua Hajat Terkbul Dunia Akhirat
بِسْـــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Nabi Muhammad ﷺ Bersabda:
مَكْتُوْبٌ عَلَى سَاقِ الْعَرْشِ مَنِ اشْتَاقَ إِلَيَّ رَحِمْتُهُ وَ مَنْ سَأَلَنِيْ أَعْطَيْتُهُ وَ مَنْ تَقَرَّبَ إلَيَّ بالصَّلَاة عَلَى مُحَمَّدٍ غَفَرْتُهُ لَهُ ذُنُوْبَهُ وَ لَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.
“Di kaki ‘Arasy tertulis: Siapa yang merindukan-Ku maka Aku akan merahmatinya. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang bertaqarrub kepada-Ku dengan bershalawat kepada Muhammad, maka Aku akan mengampuni dosa-dosanya meski dosa-dosanya itu sebanyak buih di lautan.”
Diriwayatkan pula dari sejumlah sahabat:
مَا مِنْ مَجْلِسٍ يُصَلِّيْ فِيْهِ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِلَّا قَامَتْ مِنْهُ رَائِحَةٌ طَيِّبَةٌ حَتَّى تَبْلُغَ عَنَانَ السَّمَاءِ فَتَقُوْلُ الْمَلَائِكَةُ هذَا مَجْلِسٌ صَلِّيَ فِيْهِ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمِ.
“Tidaklah suatu majelis dibacakan shalawat kepada Muḥammad ﷺ, kecuali akan tercium wangi semerbak darinya sampai ke penjuru langit. Para malaikat berujar: “Ini adalah majelis yang di dalamnya dibacakan shalawat kepada Muḥammad ﷺ”
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ أَوِ الْأَمَةَ الْمُؤْمِنَةَ إِذَا بَدَأَ بِالصَّلَاةِ عَلَى مُحَمَّدٍ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاء وَالسُّرَادِقَاتِ حَتَّى إلَى الْعَرْشِ فَلَا يَبْقَى مَلَكٌ فِي السَّموَاتِ إِلَّا صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لِذلِكَ الْعَبْدِ أَوِ الْأَمَةِ مَا شَاءَ اللهُ.
“Seorang hamba yang beriman, laki-laki atau perempuan, jika bershalawat kepada Muḥammad maka dibukakanlah baginya pintu-pintu langit dan sejumlah cakrawala sampai ke ‘Arasy. Tak ada satu malaikat pun di langit kecuali bershalawat kepada Muḥammad dan memohon ampunan bagi hamba yang beriman itu sebagaimana kehendak Allah.”
مَنْ عَسُرَتْ عَلَيْهِ الْحَاجَةُ فَلْيُكْثِرْ بِالصَّلَاةِ عَلَيَّ فَإِنَّهَا تَكْشِفُ الْهُمُوْمَ وَالْغُمُوْمَ وَالْكُرُوْبَ وَتُكَثِّرُ الْأَرْزَاقَ وَ تَقْضِي الْحَوَائِجَ.
“Siapa yang kesulitan dalam hajatnya, perbanyaklah shalawat kepadaku. Sebab shalawat dapat menghapus kesedihan, kesusahan, dan kesulitan. Shalawat juga mampu memperbanyak rezeki dan memenuhi segala kebutuhan.
Salah seorang shaleh mengisahkan:
“Aku mempunyai seorang tetangga penyalin tulisan. Aku memimpikannya setelah dia meninggal. Dalam mimpiku itu, aku bertanya: “Apa yang telah Allah perbuat kepadamu?”
Ia menjawab: “Allah telah mengampuniku.” Aku bertanya lagi: “Amal apa yang telah membuatmu diampuni?”
Ia menjawab: “Dulu sewaktu aku menulis nama “Muḥammad” di sebuah buku, aku bershalawat kepadanya. Sebab itulah Allah menganugerahiku dengan sesuatu yang belum pernah terlihat mata, belum pernah terdengar telinga, dan belum pernah terbesit dalam hati siapa pun.”
Anas ibn Mālik meriwayatkan bahwa Rasūlullāh ﷺ menyatakan:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَوَالدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai aku menjadi orang yang paling dicintai daripada dirinya, hartanya, anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.”
Pada suatu ketika, ‘Umar ibn Khaththāb bertanya:
أَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا نَفْسِيْ الَّتِيْ بَيْنَ جَنْبَيَّ فَقَالَ لَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَا تَكُوْنُ مُؤْمِنًا حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ عُمَرُ وَالَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ الَّتِيْ بَيْنَ جَنْبَيَّ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلْآنَ يَا عُمَرُ تَمَّ إِيْمَانُكَ.
“Wahai Rasūlullāh, engkau adalah yang paling kucintai dari apa pun kecuali diriku yang ada di antara dua sisiku.”
Lalu Nabi ﷺ bersabda: “Tidaklah engkau jadi seorang mu’min yang sempurna sampai aku menjadi orng yang paling kaucintai daripada dirimu sendiri.”
‘Umar kembali berkata: “Demi Dzāt Yang menurunkan Kitāb (al-Qur’ān) kepadamu, engkau yang paling kucintai ketimbang diriku, yang ada di antara dua sisiku.” Beliau berujar: “Wahai ‘Umar, sekarang imanmu telah sempurna.”
قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى أَكُوْنَ مُؤْمِنًا؟ وَفِيْ لَفْظٍ آخَرَ مَؤْمِنًا صَادِقًا قَالَ إِذَا أَحْبَبْتَ اللهَ فَقِيْلَ وَمَتَى أُحِبُّ اللهَ قَالَ إِذَا أَحْبَبْتَ رَسُوْلَهُ فَقِيْلَ وَمَتَى أُحِبُّ رَسُوْلَهُ قَالَ إِذَا أَحْبَبْتَ رَسُوْلَهُ فَقِيْلَ وَمَتَى أُحِبُّ رَسُوْلَهُ قَالَ إِذَا اتَّبَعْتَ طَرِيْقَتَهُ وَاسْتَعْمَلْتَ سُنَّتَهُ وَأَحْبَبْتَ بِحُبِّهِ وَأَبْغَضْتَ بِبُغْضِهِ وَوَالَيْتَ بِوِلَايَتِهِ وَعَادَيْتَ بِعَدَاوَتِهِ وَيَتَفَاوَتُ النَّاسُ فِي الْإِيْمَانِ عَلَى قَدْرِ تَفَاوُتِهِمْ فِيْ مَحَبَّتِيْ وَ يَتَفَاوَتُوْنَ فِي الْكُفْرِ عَلَى قَدْرِ تَفَاوُتِهِمْ فِيْ بُغْضِيْ أَلَا لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا مَحَبَّةَ لَهُ أَلَا لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا مَحَبَّةَ لَهُ أَلَا لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا مَحَبَّةَ لَهُ.
Suatu ketika ada sahabat bertanya kepada Rasūlullāh: “Kapan aku jadi seorang mu’min?” Dalam redaksi lain dikatakan: “Kapan aku menjadi seorang mu’min sejati?” “Ketika engkau mencintai Allah,” jawab Rasūlullāh ﷺ
Sahabat itu kembali bertanya: “Kapan aku mencintai Allah?” “Ketika engkau mencintai Rasūl-Nya.” jawabnya lagi. Ia kembali bertanya: “Kapan aku mencintai Rasūl-Nya?”
“Ketika engkau mengikuti perjalanannya dan menjalankan sunnahnya. Engkau cinta karena kecintaannya, engkau murka karena murkanya. Engkau patuh karena ia memerintahkannya, dan engkau memusuhi karena ia memusuhinya. Sesungguhnya derajat keimanan seseorang itu berbeda-beda karena perbedaan derajat kecintaannya kepadaku.
Begitu pula derajat kekufuran mereka berbeda karena perbedaan derajat kecintaannya kepadaku. Ingatlah, tidak ada iman bagi orang yang tak memiliki cinta. Tidak ada iman bagi orang yang tak memiliki cinta. Tidak ada iman bagi orang yang tak memiliki cinta,” kata Rasūlullāh.
Dalam kesempatan lain, Rasūlullāh juga pernah ditanya para sahabat:
نَرَى نُؤْمِنًا يَخْشَعُ وَمُؤْمِنًا لَا يَخْشَعُ مَا السَّبَبُ فِيْ ذلِكَ فَقَالَ: مَنْ وَجَدَ لِإِيْمَانِهِ حَلَاوَةً خَشَعَ وَمَنْ لَمْ يَجِدْهَا لَا يَخْشَعُ فَقِيْلَ: بِمَ تُوْجَدُ أَوْ بِمَا تُنَالُ وَتُكْتَسَبُ قَالَ: بِصِدْقِ الْحُبِّ فِي اللهِ فَقِيْلَ: وَبِمَ يُوْجَدُ حُبُّ اللهِ أَوْ بِمَ يُكْتَسَبُ فَقَالَ: بِحُبِّ رَسُوْلِهِ فَالْتَمِسُوْا رِضَاءَ اللهِ وَرِضَاءِ رَسُوْلِهِ فِيْ حُبِّهِمَا وَقِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ: مَنْ آلُ مُحَمَّدٍ الَّذِيْنَ أُمِرْنَا بِحُبِّهِمْ وَإِكْرَامِهِمْ وَالْبُرُوْرِ بِهِمْ فَقَالَ: أَهْلُ الصَّفَاء وَالْوَفَاءِ مَنْ آمَنَ بِيْ وَأَخْلَصَ فَقِيْلَ: مَا عَلَامَتُهُمْ فَقَالَ: إِيْثَارُ مَحَبَّتِيْ عَلَى كُلِّ مَحْبُوْبٍ وَاشْتِغَالِ الْبَاطِنِ بِذِكْرِيْ بَعْدَ ذِكْرِ اللهِ وَفِيْ أُخْرَى:وَ عَلَامَتُهُمْ إِدْمَانِ ذِكْرِيْ وَ الْإيْثَارُ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ.
“Kami melihat ada mu’min yang khusyu‘ dan ada yang tidak khusyu‘. Apa sebabnya?” Beliau menjawab: “Siapa saja yang telah menemukan manisnya iman, dia akan khusyu‘. Namun, jika dia belum menemukannya maka dia takkan khusyu‘.” Lalu, Nabi ﷺ ditanya lagi: “Dengan apa dan bagaimana manisnya iman itu dapat diraih?” Beliau menjawab: “Dengan cinta kepada Allah.”
“Dengan apa dan bagaimana cinta kepada Allah di bisa diraih?” “Dengan mencintai Rasūl-Nya. Karena itu, carilah ridha Allah dan ridha Rasūl-Nya dengan mencintai keduanya,” jelas Rasūlullāh. Rasūlullāh kemudian ditanya kembali: “Siapa saja keluarga Muḥammad yang kami diperintah untuk mencintai dan memuliakannya?” Beliau menjawab: “Orang yang bersih dan selamat itu yang beriman kepadaku dan tulus keimanannya.”
Beliau ditanya lagi: “Bagaimana ciri-ciri mereka?” “Mereka begitu mencintaiku dan selain mengingat Allah hatinya sibuk mengingatku.” Dalam riwayat lain dikatakan: “Ciri-ciri mereka adalah ketagihan mengingatku dan memperbanyak shalawat kepadaku,” kata Rasūlullāh.
Dalam kesempatan lain, Rasūlullāh juga pernah ditanya:
مَنِ الْقَوِيُّ فِي الْإِيْمَانِ بِكَ فَقَالَ: مَنْ آمَنَ بِيْ وَ لَمْ يَرَنِيْ فَإِنَّهُ مُؤْمِنٌ بِيْ عَلَى شَوْقٍ مِنْ صِدْقٍ فِيْ مَحَبَّتِيْ وَعَلَامَةُ ذلِكَ مِنْهُ أَنَّهُ يَوَدُّ رُؤْيَتِيْ بِجَمِيْعِ مَا يَمْلِكُ وَفِيْ أُخْرَى: بِمِلْءِ الْأَرْضِ ذَهَبًا ذلِكَ الْمُؤْمِنُ بِيْ حَقًّا وَالْمُخْلِصُ فِيْ مَحَبَّتِيْ صِدْقًا.
“Siapa yang kuat keimanannya kepadamu?” Beliau menjawab: “Yang kuat keimanannya adalah orang yang beriman kepadaku meski ia belum pernah melihatku. Sebab dia beriman kepadaku karena benar-benar merindukan dan mencintaiku.
Di antara tanda-tandanya adalah ia ingin sekali melihatku dengan segenap yang ia miliki.” Dalam riwayat lain dikatakan: “dengan bumi yang penuh dengan emas.” Beliau melanjutkan: “Dialah orang yang benar-benar mengimani dan mencintaiku.”
Rasūlullāh ﷺ juga pernah ditanya:
أَرَأَيْتَ صَلَاةَ الْمُصَلِّيْنَ عَلَيْكَ مِمَّنْ غَابَ عَنْكَ وَمَنْ يَأْتِيْ بَعْدَكَ مَا حَالُهُمْ عِنْدَكَ فَقَالَ أَسْمَعُ صَلَاةَ أَهْلِ مَحَبَّتِيْ وَأَعْرِفُهُمْ وَتُعْرَضُ عَلَيَّ صَلَاةُ غَيْرِهِمْ عَرْضًا.
“Apakah engkau melihat shalawat orang yang tidak ada di hadapanmu dan shalawat orang yang datang setelahmu? Bagaimana keadaan mereka di sisimu?” Beliau menjawab: “Aku tetap mendengar shalawat orang-orang yang mencintaiku. Aku mengenali mereka karena shalawat mereka ditunjukkan kepadaku.”